Oleh Darma Rusjdi
Dosen Fakultas Telematika Energi ITPLN
E-Techno. Kondisi inovasi Indonesia menduduki posisi ke-87 dari 132 negara pada Global Innovation Index atau Indeks Inovasi Global 2021. Dibanding tahun sebelumnya, posisi ini mengalami penurunan dua tingkat. Jika dilihat dari level pendapatan dimana Indonesia masuk dalam kelompok upper middle income, Indonesia berada di posisi ke-27. Peringkat ini jauh di bawah China, Bulgaria dan Malaysia yang masing-masing menduduki posisi pertama hingga ketiga. Sementara, bila dikelompokkan berdasarkan kawasan, Indonesia menempati posisi ke-14
di wilayah Asia Tenggara, Asia Timur dan Oceania. Negara jiran seperti Malaysia dan Singapura berada dalam posisi yang lebih baik.
Kita juga perlu melihat tiga acuan, menurut Indeks Inovasi dari negara lain sebagai best pracGlobal 2022, dimana Swiss tetap menjadi pemimpin dunia dalam inovasi
selama dua belas tahun berturut-turut, diikuti oleh Amerika Serikat, Swedia,
Inggris dan Belanda. Mudah untuk melihat bahwa investasi dalam aktivitas
inovasi meningkat tajam dari tahun 2020 hingga 2021, tetapi prospek untuk tahun 2022 tidak hanya dikaburkan oleh ketidakpastian global tetapi juga oleh rendahnya produktivitas solusi inovatif.
Alexander Konovalov adalah anggota Dewan Teknologi Forbes dan pendiri dan CEO di vidby, sebuah perusahaan start-up di Swiss, telah melihat secara langsung beberapa aspek utama yang menjadikan Swiss sebagai negara paling inovatif di dunia karena didukung oleh Sistem pendidikan, Sistem politik, Investasi, Litbang, Posisi geografis dan demografi negara, nilai-nilai, seperti kreativitas, individualitas, dan kesetaraan. Meski sukses, sektor teknologi Swiss masih memiliki ruang untuk
berkembang.
Ada empat masalah yang menghambat inovasi di Swiss dan mempertimbangkan bagaimana meningkatkan area ini dapat memberikan hasil yang lebih baik dalam pengembangan teknologi inovatif yaitu keinginan untuk menghindari resiko, budaya startup dengan ruang untuk perbaikan, tingkat digitalisasi dan keterampilan digital yang tidak memadai dan kekakuan serta perfeksionisme.
Orang Swiss memberikan perhatian besar sebagaimana dicatat oleh Institut Eropa untuk pengembangan antar budaya, kualitas dan perfeksionisme. Jika poin pertama adalah fakta yang terkenal, poin kedua kurang jelas tetapi tidak kalah pentingnya. Di Swiss, menurut hemat penulis, investor mengharapkan startup bekerja dengan sempurna sekaligus.
Inovasi bisa diartikan sebagai sesuatu yang baru atau beda yang dapat memecahkan masalah dan diadopsi oleh penggunanya (sumber: detik.com). Menurut ahli Drucker, inovasi adalah alat spesifik bagi perusahaan dimana dengan inovasi dapat mengeksplorasi atau memanfaatkan perubahan yang terjadi sebagai sebuah kesempatan untuk menjalankan suatu bisnis yang berbeda. Hal ini
dapat direpresentasikan sebagai suatu disiplin, pembelajaran dan dipraktekkan. Sementara itu, menurut Bateman dan Snell, inovasi adalah perubahan metode atau teknologi bersifat positif yang berguna dan berangkat dari cara-cara yang sudah ada sebelumnya dalam melakukan sesuatu.
Hadirnya inovasi tentu memiliki manfaat bagi masyarakat luas, sebab sebuah inovasi akan memberikan dampak yang positif. Manfaat inovasi (dikutip dari situs Curious Desire) yaitu menciptakan peluang, meningkatkan produktivitas, meningkatkan kreativitas dan percaya diri, mampu memecahkan masalah, bisa meraih kesuksesan. Tujuan inovasi menurut Makmur dan Thahier (2015) secara umum adalah suatu bentuk kebutuhan yang ingin diwujudkan melalui kegiatan mengonstruksi pemikiran yang diimplementasikan dalam tindakan nyata atau
pekerjaan nyata untuk menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan harapan.
Selain itu, inovasi dapat meningkatkan produktivitas, menghemat waktu, menghadirkan kenyamanan, lebih efisien dan meningkatkan ilmu.
Budaya Inovasi
Budaya menurut Selo Soemardjan merupakan hasil cipta, karya dan karsa manusia. Budaya atau kebudayaan bisa berwujud material (seperti bangunan, perangkat teknologi, makanan dan lain-lain) dan non-material (seperti ide, gagasan, nilai, norma, dan lainlain). Individu bisa menghasilkan suatu budaya. Karena itu ada yang disebut sebagai budaya individu. Jadi, budaya individu adalah hasil cipta atau pola
pikir yang dimiliki seseorang. Budaya individu dihasilkan dari Efikasi diri yakni
suatu keyakinan atau kepercayaan diri individu mengenai kemampuannya
untuk mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan,
menghasilkan sesuatu dan mengimplementasi tindakan untuk mencapai
kecakapan tertentu. Bandura (1986) menyatakan bahwa efikasi diri mengacu pada kepercayaan individu akan kemampuannya untuk sukses dalam melakukan sesuatu. Hal ini dibentuk dari pendidikan dan lingkungan budaya ataubudaya organisasi yang
mendukungnya.
Dalam konteksi ini, inovasi dapat diciptakan dengan melakukan berbagai hal seperti melakukan riset hingga menggali ide yang kreatif. Salah satu cara membangkitkan budaya inovasi dengan melatih skill dan sumber daya manusia dan memanfaatkan teknologi yang tersedia serta mengembangkannya. Teknologi modern memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap proses inovasi. Memanfaatkan kemajuan teknologi akan menjadikan seseorang lebih produktif, menghasilkan produk yang bermutu, serta mengurangi risiko kerja seperti human error.
Dalam menciptakan suatu inovasi dibutuhkan seorang inovator dengan kreativitas yang tinggi. Karena itu, hal yang harus diingat oleh seorang inovator adalah melakukan upgrade skill hingga pengetahuan sebelum membuat produk yang inovatif. Oleh karena itu, penerapan strategi inovasi sangat penting untuk menciptakan suatu inovasi baru dan terus berkreasi untuk menciptakan inovasi paling visioner.
Investasi Pendidikan untuk Membentuk Budaya Inovasi
Budaya inovasi perlu dibangun agar bisa maju dan berkembang. Budaya inovasi ini bisa terbentuk melalui investasi pendidikan seperti yang dilakukan penonton dan pemain Jepang di piala dunia 2022 yang lalu. Walaupun kalah, para pemain Jepang
tetap melakukan kegiatan kebersihan di stadium dan ruang ganti pemain. Ini adalah contoh budaya yang dihasilkan dari investasi pendidikan di semua jenjang pendidikan sehingga menjadi budaya masyarakat Jepang
Dirjen Dikti, Prof. Nizam dalam suatu pemaparan pada tahun 2021 mengungkapkan bahwa Perguruan Tinggi berpotensi sebagai sumber inovasi, termasuk inovasi pembentukan budaya inovasi itu sendiri. Kemampuan perguruan tinggi dalam beradaptasi di masa covid-19 merupakan bukti nyata bahwa perguruan tinggi kita sebenarnya memiliki kemampuan inovatif, kreatif, inventif dan adaptif terhadap perubahan. Kunci untuk bisa maju dan berkembang menjadi negara berpenghasilan
tinggi adalah inovasi”. Sebanyak 4.600 perguruan tinggi di Indonesia dapat
menjadi sumber dan potensi kekuatan menghasilkan inovasi. Oleh karena itu,
Nizam terus mendorong inovasi perguruan tinggi.
Investasi pendidikan untuk membentuk budaya inovasi harus terintetegrasi di dalam kurikulum setiap jenjang pendidikan. Kurikulum pendidikan tinggi terutama setiap program studi terkait, didasarkan pada riset strategi nasional dan bidang-bidang SDGs, kurikulum pendidikan menengah mengacu pada kebutuhan kurikulum pendidikan tinggi, kurikulum pendidikan dasar mengacu kepada kebutuhan pendidikan menengah dan disesuaikan dengan kelayakan penerapannya.
Dukungan manajemen dan aturan di lingkungan pendidikan yang dilaksanakan secara disiplin dan bertanggung jawab serta berkelanjutan akan membentuk budaya inovasi organisasi.
Selain itu, dukungan orang tua dan lingkungan masyarakat pada setiap jenjang pendidikan juga akan membentuk budaya inovasi yang solid. Harapannya Indonesia akan semakin maju dan menghasilkan lebih banyak kreativitas dan inovasi yang memberi manfaat bagi masyarakat. Selain itu, dapat menghasilkan luaran berbagai
hak cipta sampai dengan paten yang bernilai ekonomi akan lebih cepat terwujud. InshaAllah. (red)